Sabtu, 01 Desember 2018

Tips Membangun Startup yang Sukses Dari Orang yang Sukses

Tips Membangun Startup yang Sukses Dari Orang yang Sukses

Memulai bisnis itu tidak mudah, dan bahkan memulai bisnis yang sukses jauh lebih sulit.

Jadi, dari mana kita harus memulainya? Salah satu cara yang paling baik adalah dengan mendengarkan mereka yang berani menembus batas. Kami mulai berbincang dengan beberapa perusahaan rintisan paling populer di dunia saat ini. Mereka semua sepakat mengatakan bahwa Anda mungkin akan gagal sebelum Anda berhasil.

Mengubah ide hebat menjadi model bisnis yang sukses jarang sekali menemui jalan mulus. Jika Anda tidak siap untuk bekerja lebih keras daripada yang pernah dibayangkan, Anda mungkin berada dalam bisnis yang salah.

Untuk memberikan pencerahan kepada Anda bagaimana semua usaha tersebut dapat mencapai titik sukses. Kami merangkum beberapa pendapat dan tips dari para pengusaha yang berhasil masuk sebagai finalis dalam pencarian 1 juta dollar perusahaan sosial terbaik tahun ini.

Adapun dalam ajang tersebut, pemenangnya adalah Change Please, sebuah perusahaan kopi yang berbasis di London. Change Please melatih para tunawisma sebagai barista dan memberi mereka pekerjaan. Sehingga mereka dapat keluar dari tekanan ekonomi dan tidak lagi mengemis di jalanan.

1. Mulailah Dari Keseharian Kita

Kita bisa belajar dari Eyal Yassky, Co-founder Hilico. Sebuah perusahaan startup yang memproduksi perangkat portabel semi permanen yang memanfaatkan hujan sebagai sumber daya utamanya.

Perangkat ini bekerja dengan cara mengumpulkan air hujan menggunakan terpal seperti daun. Kemudian menyaring air hujan tersebut sebanyak dua tahap. Sampai air hujan tersebut dapat digunakan sebagai air minum.

Yassky mendapatkan ide tersebut ketika dirinya menjadi responden bantuan bencana. Sebelumnya Ia tidak pernah berniat sedikit pun untuk memulai bisnis dari penemuannya tersebut. Yassky hanya menciptakan produk yang dia butuhkan.

Kemudian, setelah menggandeng seorang insinyur dari rumahnya di Israel untuk membantu, Yassky menyadari bahwa produk mereka memiliki pasar.

“Kami menyadari dengan sangat cepat bahwa jalan yang ditempuh dunia, Anda memerlukan perusahaan untuk membeli sebuah produk. Memulai LSM dapat membawa kita ke solusi, tetapi tidak akan ada pasar untuk itu, dan kami tidak akan memiliki jangkauan yang dibutuhkan untuk benar-benar menyelesaikan masalah. Jadi kami memutuskan untuk memulai perusahaan” katanya.

Baca juga: Peluang Usaha Sate Ayam Menggiurkan, Omzet Hingga Puluhan Juta

2. Memiliki Keinginan Untuk Selalu Berinovasi

Diana Yousef, sebelumnya seorang konsultan untuk NASA, sedang meneliti bagaimana kotoran manusia di stasiun luar angkasa dapat dialirkan kembali ke air yang dapat digunakan. Berangkat dari situ, Yousef membuat toilet bernama iThrone. Toilet ini berfungsi tanpa air atau pipa dan dirancang untuk menyediakan akses sanitasi bagi semua orang.

Yousef menceritakan bahwa dirinya terinspirasi oleh gagasan menggunakan bahan berudara sebagai cara untuk memurnikan air secara pasif, tetapi fokusnya tidak di ruang angkasa. Bisnis dimulai setelah kehadiran putri pertamanya.

“Saya seorang ibu dari dua gadis muda, dan saya memulai usaha ini sebagai cara untuk menghidupkan kembali karir saya setelah itu terhenti setelah memiliki anak pertama saya. Ini adalah kenyataan bagi banyak wanita yang luar biasa dan cerdas, kita mendapatkan absen, karir, setelah kita memiliki anak. Setelah mengalami ini secara pribadi, saya ingin menunjukkan bahwa saya dapat menemukan kembali diri saya” ungkap Yousef.

3. Ciptakan Solusi Dari Masalah yang Ada

Pawel Soluch adalah penemu Neuro Device, sebuah headset yang menggunakan rangsangan listrik untuk membantu meningkatkan rehabilitasi bagi orang-orang dengan gangguan bicara. Produk ini dalam tahap akhir uji klinisnya.

Soluch bekerja selama tujuh tahun di sebuah rumah sakit universitas di departemen bedah saraf. Ia berharap produk ini akan berada di pasar sekitar satu tahun dari sekarang.

“Saya bertemu banyak pasien penyandang cacat mengenai gerakan, sensasi, kesulitan verbal dan saya melihat ada masalah besar. Afasia adalah cacat di mana intelektual mereka tetap utuh, sehingga mereka memiliki kesadaran, mereka tahu persis apa yang ingin mereka katakan tetapi tidak bisa mengatakannya.”

4. Mulailah Dari Hal Terkecil dan Sederhana

Proyek unggulan LiMiX adalah Talking Hands, alat seperti sarung yang menerjemahkan LIS (bahasa isyarat Italia) ke dalam pidato. Ini memberikan orang tuli suara dengan menerjemahkan bahasa isyarat ke dalam kata yang diucapkan menggunakan synthesizer suara pada smartphone.

Francesco Pezzuoli dan rekan mahasiswa Dario Corona merancang Talking Hands di sebuah lokakarya startup pada bulan Oktober 2014. Profesor mereka mendorong mereka untuk mengambil konsep lebih lanjut. Setelah menyempurnakan prototipe dan mendapatkan investor, mereka menciptakan LiMiX.

Baca juga: Peluang Bisnis Online Hanya Bermodal Instagram
Penulis: Noval Irmawan
Editor : Noval Irmawan
Sumber: bloomberg.com
Image : pcmag.com

Submit Public Comment Here
EmoticonEmoticon